layaknya inilah yang kau sebut pertempuran hati
dimana aku harus keluar masuk rahim lara
oh kau yang sedang menunggu waktu
sebegini nyatakah cerita ini menjadi kisah yang teruntai
jangan kau lupa katamu di dalam sesak-sesak nafasmu
terakhir ini aku membulir air mata untukmu
kutinggalkan kau sebab senjaku tiba
hitung butir pasir itu, lalu gumul ia menjadi jejak.setelah itu kau taburi kamboja dikuburku
yah begitulah
dimana yang tertinggal adalah aku
mengusung bayangmu selalu
hingga beribu musim berlalu
4 komentar:
Pertempuran sejati...
Wah seru kali pertempurannya, salam
lagi patah hati ya mas? :D
syarat jadi sastrawan itu hanya satu, yaitu selalu gelisah :D
wah wah...itu samsara yang nikmat...
Posting Komentar