4.30.2009
Bukan Jejak Telapak Kakimu
pada setapak jejak kakimu
tapi aku lebih pada
bentang seluas jilatan ombak yang belum sempat kau pijak
aku bukan lembaran yang sudah kau sajakkan
hingga aku menjadi kesimpulan yang ada pada genggamanmu
tapi aku adalah buah senggama perenunganku
dari segala yang mengendalikan aku, bukan kamu
aku akan berlalu kemana saja inginku
tak usah kau membuka pintu rumahmu untukku
dimana aku terkapar disitu aku mati
dalam caraku yang selamanya tak pernah memenuhi caramu
4.27.2009
Semedi Kata
4.23.2009
Tuhan... Beri Aku Jeda Untuk Berperang
sementara tetabuhan kian gumuruh, keapaadaan senantiasa bisu, terseok disandung oh disandung, yang tak terlawan menghujam bumi mencaci maki.
pelita redup kianlah redup disambar angin nan salah jalan
demikianlah kisah hingga yang terpendam makin membenam
kuputus-putus cercah cahaya dengan telapak jari
maksud hati yang menghitam, menuntut balas atas doa yang tiada tersempatkan
Tuhan Oh Tuhan yang bukan perempuan
apa daya mengirim pinta yang haruslah sampai dilangitMu segera
hamba manusia seperti manusia
bagai pasang menggenang, pun jua bagai surut nan menyurut
duhai takdir duhai nasib mari berperang
amuk yang amuk sungguh makin tiada tertahan
sebelum tega tikam-menikam
tunggu sejenak aku ingin beristihqfar
4.20.2009
Tak kuberi Judul
tapi aku mulai lalai menidurkanmu
hinga sepagi ini kau masih setia mengetuk biduk kayuku yang dipeluk lumut
berlomba dengan dengus nafasku menghantar ransum cintamu
umpan sudah kutabur,kail sudah menyelam
biarkan kita saling menunggu
hingga bau dan rupamu menjilat-jilat kayuh perahu yang menuju
tunggu aku yang ingin merajai seluruh bahagiamu, di tempat biasa kita bersetubuh tatapan
pun segulung jala dan ombak yang kukawinkan
bermain dilautan, bercinta menghadap awan, berharap di langit bersiteguh dalam karang yang kesemuanya demi mu yang sedang menjalin seprai tempat tidur untuk kita nanti malam
dinda, nanti setelah sampai, kau dekap aku seerat-eratnya dekapanmu
dalam bau tubuh ini akan ada pengertian yang akan meluluhkanmu untuk segera berserah rasa
4.18.2009
Ketika Aku Berkisah Kita
aku bukan duniamu
bukan juga harimu
aku hanya bagian dari apa yang kau rasakan
jangan kau jadikan aku yang belum tentu setia ini
menjadi apa dari adamu sepenuhnya
sebab jodoh belum dibocorkan Tuhan
Nikah Embun Pagi
yang kutatap sedemikian telanjang
berlari kecil gerigi kerikil
menimpa ubun-ubun pagi
senyap hening kubahasakan cinta diam-diam
"huh..aku terima nikahnya embun dan pagi
dengan mahar segenap yang tak kua miliki, .. TUNAI"
4.16.2009
Tafsir Cinta Tak Terterka
menerka cinta yang dikandung
menebak rindu yang terpasung
sampai menggigit bibir pun
tak mampu kujumlahkan
cinta pergilah berlari dibawah hujan
basahkan seluruhnya
mungkin
hanya dengan ini aku mengerti
cinta disiram hujan menjadi basah
Anjungan Perahu Bercadik
kutulis dikau pada bau dan rembulan
menjadi malam dan pelepah terlama
menghadang langit turunkan segera
duhai gelisah nian menyengat
terpecah jua kan kiranya
memancang sauh menjulur mata
tentang tanah di lenguh camar
bersajak anjungan perahu bercadik
pulang senja menjemput bekal
dirimukah yang sedang menyemai
menabur tumbuh menanam tuai
berkisah riak di bawah awan
membaca mantera menahan dahaga
Ditepian Ruh yang Hilang
kami dan segenap yang ada pada adalah kesementaraan yang tiada terbantah
mengayuh dan menjaring kecintaanMU dalam sela-sela keterjalan gemuruh iblis mahasesat
melayari semilir, pun jua badai yang menjadi keniscayaan bentang kehidupan
dan akan kepadaMu lah kami kembali
hingga yang tertinggal adalah kesempatan
dari kisah-kisah persaksian
sebab ini akan di hitung oleh timbangan mahakeadilan
dan turutlah padaMu
yang di panggil dini hari
Ia adalah milikMu sepenuhnya
sementara kami berjalan menuju terdahulu yang telah sampai
ditepi Ruh yang hilang
adalah kebenaranMu yang datang
sungguh..
kerelaan adalah kepantasan menjumpai hikmahMu Tuhan
Ia yang Telah Menjadi "Jalan"
tanggul tua merebah di dini hari membawa aroma murka
membentang ia yang nyata menjadi tragedi dengan ruah setinggi teriakan menyembunyi azal
tiada bisa... peran-peran itu hilang sekejap menjadi diri-diri yang tiada
apapun dia dari kejauhan sudah terlihat menjadi masa yang tertinggal diam
sajak-sajak terbit kehabisan bahasa sebab kata yang selalu berduka
doa dan lantunan ampunan pertaubatan menjadi pengisi penutup kisah
sungguh demikianlah yang tergerak dari mulut ahli musibah
perenungan itu tampak jelas
dimana Tuhan membagikan teguran dalam air yang semula tenang
situ gintung
telah menjadi "jalan"
(dimuat di Tabloid Mahasiswa Suara USU edisi 69/XIV/April 2009)