12.03.2008

Pledoi Puisi keduapuluh

majemuk sudah perasaan
tanpa kompromi mengaduk-aduk hati
membuat cita rasa
yang akhirnya asin, seperti air mata

berbeda jauh
antara tadi malam dan siang ini
tetapi tetap hadir menghakimi
aku yang menjadi tersangka dalam pengadilan hidup

puisi kedua puluh yang aku tulis siang ini
menjadi pledoi yang kubaca diam-diam
maafkan
aku menyesal..

Tidak ada komentar: