11.27.2008

Haruskah aku SEKOLAH atau mungkin lebih baik SELAMAT TINGGAL SEKOLAH?

Saya punya keyakinan,
semakin seorang itu sekolah,
semakin tidak kreatif ia.
Karenanya, semakin takut dia mengambil resiko.....
Tak banyak yang menyadari
bahwa sejak sekolah,
sebenarnya seseorang telah menyiapkan diri
untuk hidup miskin

"Purdi E. Chandra"

Benarkah Sekolah Konvensional Indonesia adalah Sekolah yang Sebenarnya?

parameter :
harus mempelajari mata pelajaran trigonometri/matriks dll sementara anda bercita2 hanya menjadi seniman?

serba ketakutan dengan PR yang menumpuk sekalipun harus menyontek (selalu tertekan)
satu hari otak kita harus dibolak balik antara mata pelajar biologi/agama dan bahasa sekaligus (2 jam satu mata pelajaran)?

Disiplin yang begitu mengikat dengan penyeragaman secara total

Patuh kepada guru sepatuh-patuhnya sekalipun nilai kepatuhan itu terkadang tidak pantas dengan beragamnya pola tingkah pendidik

jika pendidikan itu hanya bisa diajarkan melalui Hati... ternyata Guru Killer selalu menghantui

setiap ajaran baru dan sekolah baru orang tua kurang mampu akan menambah/menumpuk hutang untuk membeli seragam/buku pelajaran dsb...

ketika sekolah seperti melebihi rumah ibadah..(banyak orang tua akan merasa marah besar ketika melihat anaknya tidak sekolah... tapi bagimana jika anak tidak beribadah?? apakah masih marah semarah anak tidak sekolah?

sekolah murah dan sekolah modren akan terus bermunculan di negara ini.. dan berbahagialah si kaya yang bisa masuk sekolah mewah dengan segala fasilitas.. bagaimana nasib simiskin?

dan ingat pada akhirnys ada standarisasi,,,standarisasi NIlai kelulusan Ujian nasionalstandarisasi IPK para pemburu kerja

satu guru berbuat salah dalam mentransformasikan ilmu maka seluruh murid akan terkena dampaknya.. dan jika satu murid salah tidak berpengaruh secara keseluruhan.. betapa mudahnya pertaruhan masa depan itu... (percaya kah anda guru/dosen itu layak menjadi guru/dosen..ingat izajah palsu/budaya mengopek dan mencontek.. budaya KKN... "bodoh berduit akan mudah" dan "Pintar tidak berduit akan jungkir balik....

dan pelembagaan pendidikan itu akan dilaksanakan selama 17 tahun usia anda... ditambah 5 tahun perkuliahan..

Sekolah yang Salah Kaprah?

tanya kak seto..
seorang pemerhati anak dan juga ketua KOMNAS perlindungan Anak.. mengapa beliau tidak memasukkan kedua anaknya di lembaga formal sekolah..

tanya lagi
mengapa pendidikan sekolah dasar harus 6 tahun?
mengapa SMP 3 tahun?
mengapa SMA 3 Tahun?
jika usia rata2 anak indonesia masuk sekolah adalah 5 tahun maka dibutuhkan masa selama 17 tahun hingga anak bisa selesai dan menamatkan diri dari jalan panjang sekolah...setelah itu masuk ke perguruan tinggi dan membutuhkan waktu 5 tahun untuk bisa meraih gelar sarjana.. berarti butuh usia 22 tahun untuk menjadi sarjana di indonesia...?? apakah runutan waktu ini tidak begitu lama?..
dan selama 22 tahun sistem pendidikan bersekolah memberi kewajiban kepada orang tua untuk terus memberi subisidi kepada anak.. (apakah ini bentuk sebuah kemandirian???

tanya lagi
untuk orang tuajika rata-rata usia pria indonesia berumah tangga adalah 27-28 tahun. pada umur 29 tahun akan mempunyai anak.. 29 tahun usia orang tua ditambah 22 tahun usia anak menamatkan pendidikan meraih gelar sarjana berarti pada usia 51 tahun lah orang tua indonesia bisa melihat anak meraih gelar sarjana,,, "butuh waktu lama ternyata"...

dan satu hal terpenting lembaga sekolah telah salah kaprah
lembaga sekolah bukan tempat ibadahsehingga menimbulkan kewajiban terhadap diri orang tua untuk menyekolahkan anak di lembaga sekolah.dan jika tidak menyekolahkan anak akan dianggap berdosa..dan lebih parah si anak secara tidak langsung akan keluar dari lingkungan pertemanan dengan usia (tidakkah kita sering mendengar "anak tidak sekolah adalah anak malas/anak nakal/anak bodoh???" dan "jangan berteman dengan si A yang tidak sekolah...

sistem sekolah secara tidak langsung menciptakan kasta dalam masyarakat...orientasi angka/nilai..itulah sekolah indonesia
nilai 10 adalah pintar
dan nilai 5 adalah bodoh
tapi sadarkah kita ada banyak permainan tolol dalam meraih nilai tsb
kopek dan contek
jangan bilang anda tidak pernah mengopek dan mencontek..dan jika ada yang siap mari kita buat penelitian berapa persen jumlah siswa pengopek dan pencontek di negeri ini?
atau lebih mudahnya berapa persen jumlah siswa yang masih tersisa yang tidak pernah mengopek dan mencontek di negari ini?
Akan adakah proses memanusiakan manusia dari tindakan ini?
Sementara sampai detik ini tidak ada penekanan yang tegas tentang kopek dan contek yang mungkin sudah mentradisi di negari ini.

(Sebuah Kegelisahan yang menggila.......)
mari kita berdiskusi
saran referensi
Dunia Tanpa sekola Karya M. Ihza
Selamat tinggal sekolah karya Yusran Pora
Sekolah itu candu karya Room Topatimasng

15 komentar:

Unknown mengatakan...

kita hidup disebuah bangsa yg sulit menghindar dr formalitas. Terbukti, didunia kerja (perusahaan) yg memiliki pendidikan formal akan "di hargai" baik secara financial maupun posisi. Tapi hampir 100% yg memiliki pendidikan formal tdk memiliki kreatifitas.(di tempat kerja saya) Dangkal. Dan kelihatan ahli hanya karena "ala bisa karena biasa" Benar, pendidikan NYONTEK dan NGOPEK penyebabnya. (sistem)

Anonim mengatakan...

tambahan reff
ada satu buku yang pernah saya tahu, kira2 judulnay beguni..
"kalau ingin kaya, ngapain sekolah."
tapi saya lupa pengarangnya..
mingkin om bob sadino..

Anonim mengatakan...

ah,..
saat ini mah, tergantung orangnya.
mw bagus sekolahnya klo orangnya BEBAl sama aja

Anonim mengatakan...

Sama spt Bang Okta bilang, tergantung pada pribadi masing-masing.
Bagaimanapun sekolah itu penting. Tampak perbedaan antara orang yg berpendidikan dg tidak, dari tingkah laku dan ucapan.
Bukan ingin mendiskreditkan orang-orang yg tdk berpendidikan - wong saya juga cuma tamatan SMA, tapi begitulah adanya.

Dan, sekali lagi semuanya tergantung pada pribadinya.
:)

Anonim mengatakan...

wah beda ma slogan pemerintah nih ..."ayo sekolah !!!" xiexiexie...

n.i.n.a mengatakan...

selolah???

kenapa harus begitu lama ya???

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

untuk boykesn:
cara berpikir yang sealiran
jarang menemukannya

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

untuk wahyunansyah:
yagh...
aku juga kemarin sempat baca juga

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

untuk okta sihotang
yagh... katanya lingkungan itu mempengaruhi..
bukankah sekolah itu adalah lingkungan kedua setelah lingkungan keluarga...
apakah masih tergantung juga, sementara lingkungan sekolah itu telah menjadi sistem sendiri...

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

untuk HeLLda:
sama jawabannya,, untuk okta sihotang

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

untuk blogger insyaf
ayo sekolah?,,,, hmm
sekolah yang bagaimana

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

untuk nina :
yagh begitulah dek
sama-sama kita cari jawabanya

Rin mengatakan...

Halo,,salam kenal.Sekedar berbagi pengalaman,, sy sjk TK ud g suka sekolah. SD terpaksa, SMP ud bosen terpaksa, pgn langsung kuliah aj krn ud nemuin minat(saat itu saya begitu menggebu2 ingin mlkkn penelitian d bidang psikologi).akhirny sy minta keluar (tp g boleh).Terpaksa nerusin SMA krn g ad pilihan lain. Tapi yg jelas dr TK-SMA sy jagony bolos (dari sehari smp 2 minggu, ato mlh 1 bulan)... Akhirny SMA saya nekat juga:pokokny sy g mau sekolah! (bersyukur saat itu ud tau Izza Ahsin jd ngrasa g sendirian).he3.walaupun awalny sy s4 kena stres krn g ad yg mendukung, tapi skrg alhmdulillah ud jln hmpr 2 tahun.
Pokokny skolah g asik buat org yg ud nemuin minat sjak dini.spt kt Anda:hrs belajar matrix pdhl lagi menggeluti seni? Please deh...
:P wallahua'lam...

setan mengatakan...

bulsyd sklah
mendingan bolos

pelajar nakal mengatakan...

tdk ada gunanya sekolah
sudah ada juga presiden
mending bolos tiap hari