Usang
tak ada nuansa apapun mengelayut dalam dinggin
diwarung diskusi
ada sepotong sajak sedang bermain
memintal helai demi helai ocehan iblis
tidak bertenaga
raungan nada-nada penghibur seperti peminta-minta
begitu komunis bagian waktu yang disinggahi
seolah-olah kesedihan milik bersama
tapi pada nyata
seorang tua ditikam hujan tanpa apa-apa
ada politikus
ada mahasiswa
menhisap
menikmati malam dengan pongah
10 komentar:
puisinya delem banget maknanya.... kereen
Nice poem:)
Kondisi itulah yg banyak terjadi ya.
hah...jadi teringat sewaktu di kampung halaman...
tepatnya di warung kopi...
segelas kopi menemani berjam-jam pegawai negri, mahasiswa berceloteh memaki pemerintah sementara mereka hanya menghabiskan waktu dengan bersantai berlama-lama dan mengoceh bualan mereka...
ah, tepat sekali, "bohong itu!!"
..jadi ingat lagunya Mogi Darusman (rayap-rayap)...
ini reff-nya:
Rayap-rayap yg ganas merayap, ber jas-dasi makan-minum darah rakyat....
Babi-babi yg gemuk sekali, berkembang biak...tak ada yg peduli....
That's the reality isn't it?
untuk bunda Ririe :
thanks apresiasinya bund
untuk Erik :
makasi mas.. real
Untuk Goresan Pena
Tepat sekali mbak, itulah yang aku alami
untuk tjonjo :
he..he.. sepertinya mas jago nyanyi ya?
Untuk eeda..
sangat nyata
seperti nasib sajak2ku...
tak bertenaga...
di 'warung' diskusi...
salam, bro...
andai mati terhunus oleh hujan, biar mendekam dalam sepi tanpa kawan..agar jera sdh ia menimpali hidup dgn seenggok kelicikan
untuk Goenoeng
senasib lae..
tapi msih ada harapan
suatu saat mungkin saja ia akan lebih bertenga
untuk sarahtidaksendiri
penegasan yang begitu nyaman saya baca
trims sudah berkunjung
Posting Komentar