7.31.2008

NAYA TELAH PERGI DIK

hampir seluruh air mataku ruah, sekujur tubuhku tiba-tiba kaku, sebagai laki-laki, hari ini aku tak berdaya, aku menyudut kesudut ruangan tempat perempauan yang pernah mengisi hari-hariku terbaring kaku, aku merasa waktu diputar ulang, satu persatu kenangan ku dengan naya melintas dalam episode-episode yang sangat tidak mungkin kulupakan, mulai dari perkenalan aneh di depan laboratorium tempat aku mengasistensi praktikan ku, aku asisten dosen laboratorium kimia dasar, sementara naya saat itu adalah seniorku di laboratorium yang sama, aku mengenal naya melalui sebuah tabung reaksi, aku mengenal naya memalui H2O,melalui CONDUCTIVITY/Ph METER,melalui SODIUM CHLORIDE, seperti itulah aku mengenalnya. naya, perempuan simple yang manaklukkanku, bersama naya emosi ku hilang,kerapuhan ku mengkristal menjadi prasasti keoptimisan, asap rokok yang selalu mengepul dari mulut genitku semakin hari semakin berkurang. yah.. naya, lengkapnya cut naya saski, perempuan berdarah nanggroe aceh darussalam yang selalu tersenyum saat aku marah, senyum yang menyimpulkan setiap keegoisanku, naya... setiap nama itu kusebut ini air mata semakin deras mengalir, semakin tak terbantahkan rasa sedih ini. "aku tak pernah ingin melihatmu seperti ini nay, aku tau kamu begitu tersiksa, aku tau kamu tidak ingin menangis, tapi air yang mengalir disudut matumu adalah bukti perihnya sakit yang menderamu nay, nay... mengapa tidak pernah cerita,..? jawab nay? nay tolong dengar aku"!.
aku tersentak, kuraih arloji yang menggantung diatas meja belajarku, pukul 2 pagi, kusandarkan kepalaku ditas bantal hadiah dari naya, bantal warna hitam pitih, langit-langit kamarku jadi pelarian setiap aku ingin bercerita, 7 tahun sudah naya meninggalkanku, tapi bayangan itu selalu betah merasuk dalam mimpiku, memang tidak mengganggu. tapi mengapa harus dengan itu aku bisa menjumpai naya, mengapa mimpi itu selalu menjelmakan detik-detik terakhir aku melihat naya, detik yang paling berat dalm hidupku, menyaksikan sebagian hatiku yang telah kutinggalkan dalam seluruh raga dan jiwa naya kaku, penyakit radang syaraf otak yang menggerogoti tubuh naya tidak bisa dicegah lagi, doktar sudah pasrah, segala cara pengobatan telah ditempuh. akhirnya naya pergi, diam, sunyi. air mataku kembali jatuh, aku menjadi sangat lemah, waktu 7 tahun ternyata tidak sanggup menyadarkanku, menyadarkan dari dekapan kenanangan indah bersama naya. "naya telah pergi, lihat nisan di pusara itu, disitu ada nama cut naya saski dik", bima selalu mengingatkanku setiap kami ziarah kemakam naya, mungkin jika aku dalam posisi bima, dan bima adalah aku, maka aku akan bosan mengingatkan orang seperti aku. kata-kata bima tida pernah menjadi perhatianku, berlalu seperti berlalunya mimpi-mimpiku yang selalu mengejar naya. Sekarang aku semakin terlunta-terlunta, asaku berkeping dalam sedu sedan yang tak kunjung usai. Bayangan atau kenyataan, aku semakin tak mampu membedakannya lagi, setiap aku berkunjung ke tempat ini, seluruh ingatan ku kembali terapung dalam genangan wajah naya yang semakin tidak bisa aku bantah, tenggelam beberapa saat lalu hadir lagi dalam waktu yang cukup lama. jika bukan untuk keperluan yang sangat penting , aku tak pernah sanggup untuk datang ketempat ini lagi. Kampus ini terlalu angkuh memeras kelemahan ku, kelemahan akan sebuah perasaan yang tak pernah enggan menjamah kehidupanku. aku terus berjalan melewati laboratorium tempat aku dulu menjadi asisten, semasa kuliah, tempat ini seperti rumah keduaku,aku betah berlama-lama didalamnya,senyawa dan reaksi selalu menantangku untuk tidak pulang, banguanan itu tetap sama seperti dulu, tidak ada yang berubah, yang paling mengejutkanku adalah taman kecil didepan pintu laboratorium itu, taman itu kami buat pada semester terakhir perkuliahan kami, sebagai sebuah kenang-kenangan sebelum kami meninggalkan kampus. taman itu ternyata tetap dirawat, kelihatan jelas dari bunga-bunga'y yang segar, bahkan disekeliling taman itu telah dibuat pagar berwarna putih, aku tak pernah membayangkan taman sederhana yang kami buat ternyata tetap terpelihara dan di jaga, aku melangkahkan kaki mendekati taman itu, ada beberepa kuntum bunga mawar, lama aku terpaku melihat mawar mewar yang menyandar ketepi-tepi pagar itu, semabil berjongkok aku memegang kelopak mawar yang masih basa, tanpa aba-aba seluruh ingatan ku kembali berputar pada 7 tahun silam, pagi itu aku baru saja menyirami bunga-bunga yang ada dalam taman, tiba-tiba naya datang sambil membawa beberap pot bunga ditangannya dan langung menepuk pundakku , "Pagi Dik, rajin ya? naya menyapaku dengan seyuman khas miliknya, "gak ah, biasa aja, daripada gak ada kerjaan,"jawabanku sangat dingin, antara senang dan kaget, melihat naya datang tiba-tiba, "Oh..gitu," naya menjawab acuh sambil meletakkan bawannya. "apaan tuh ?" aku menjoba ramah karena ku menyadari kesalahanku yang telah membalas pertanyaan naya dengan jawaban dingin, "bibit bunga mawar, aku ingin menanam mawar ditaman ini, ngomong-ngomong kamu suka mawar gak"? ternyata pertanyaanku tadi berhasil menenangkan suasana, buktinya naya seyuman naya kembali mancair. "suka, aku pernah mengoleksi mawar semasa SMA dulu, mawar banyak memberiku inspirasi, bunga mawar sering aku jadikan pengandaian dalam beberap puisi yang aku tulis, keindahan mawar sudah menguniversal, jika kita menyatakan bunga mawar, pasti orang sudah tau bahwa itu adalah keindahan dan romantisme,tidak hanya sebagai simbol rasa cinta, keindahan mawar memiliki filosofis tersendiri, bunga mawar memiliki keindahan, tapi juga memiliki harga diri, keindahannya tidak mudah untuk dinikmati, duri yang ada dibunga mawar menunjukkan sebuah rasa perlawanan terhadap kekerasan, jangan pernah menyentuh bunga mawar dengan kasar, pasti kita akan terkena durinya, jika kita ingin mencium aromanya kita harus menyentuhdengan lemah lembut, filosofis ini selalu aku pakai dalam menghadapi praktikan ku yang bandel, aku tidak akan pernah memarahinya sebelum aku mengetahui alasan dia berbuat salah, untuk menanyainya aku tidak bersikap seperti seorang asisten lab, tapi aku bersikap seperti teman, dengan kelembutan lambat laun permasalahan tersebut bisa aku atasi. "kamu kok suka mawar nay?,kau berdiri sambil manrik nafas"dik.. pertanyaanmu adalah pertanyaanku juga.. pertanyaan untuk diriku sendiri yang tidak pernah bisa aku jawab, mengapa aku suka mawar?mengapa aku suka malam?mengapa aku suka puisi? aku tidak bisa memberi jawaban logis seperti jawabanmu, mungkin suatu saat kamu akan tau dik"BERSAMBUNG......................

Tidak ada komentar: