aku bukan seperti butiran pasir
pada setapak jejak kakimu
tapi aku lebih pada
bentang seluas jilatan ombak yang belum sempat kau pijak
aku bukan lembaran yang sudah kau sajakkan
hingga aku menjadi kesimpulan yang ada pada genggamanmu
tapi aku adalah buah senggama perenunganku
dari segala yang mengendalikan aku, bukan kamu
aku akan berlalu kemana saja inginku
tak usah kau membuka pintu rumahmu untukku
dimana aku terkapar disitu aku mati
dalam caraku yang selamanya tak pernah memenuhi caramu
4 komentar:
hmmm.....sepertinya dapat kurasakan kerinduan si penulis akan kemerdekaan....benarkah ???
puisi ini bisa terbaca berbeda makna oleh tiap pembacanya, dan bolehkah aku memaknai puisi ini sendiri? kendati berbeda dengan maksud penulis.
@ LIA MARPAUNG
kemerdekaan... mungkin sedikit lebih spesifik lagi, kemerdekaan berkarya, lepas dari jejak para terdahulu, mereka katakan basi kadang aku katakan besi, setengah berisi setengah kosong.
@ Goresan Pena
boleh teman,, aku tunggu ya,,
Posting Komentar