9.06.2008

Izinkan Aku Mengeja Namamu Ayah

Kutulis ini dalam malam-malam yang entah berantah.. mengalir begitu saja.. namun rasa tetap mengemudi diantara belahan arus penuh riam curam,. Aku sadar permainan waktu ini penuh dengan kemisterian, hampir saja jika sepersekian detik aku terlambat,mungkin aku sudah jadi abu,tinggal kepulan asap.. seperti pembakaran yang baru disiram.
Kumulai ini dalam keletihan yang menggantung begitu berat.. membebani setiap langkah yang kususun..menuju apa yang selama ini kuyakini.. jika aku mencumbui misterinya mungkin aku sudah sampai, namun semuanya begitu nanar..masih terlalu kabur untuk ku eja..
Cinta membalut luka lama..hadir tanpa tanda..mendekap ku dalam hampa yang tak mampu kutafsirkan.. jelas.. ini bukan dramatisasi rasa.. tapi pengakuan hati yang selama ini kutahan dalam gejolak-gejolak yang semakin nakal, pertahanan ku porak poranda.. ingin sekali rasinya identitasi itu hadir kembali, seperti apa yang kulihat nyata didepan mataku.. mulai aku menindas diri..membiarkan kecengengan ku melakonkan peran yang tidak seharusnya dipentaskan.. kubiarkan ia menjalar kesuluruh organ tubuh ku.. sampai batas-batas yang jelas menjadi garis akhir dari sebuah perenungan.. ia mulai menembus dan merusak perasaanku.. padahal aku dulu pernah berjanji.. tidak akan mengembalikan apa yang harusnya aku lupakan dan tinggalkan.. yah.. lagi-lagi masa lalu menyentak dan meracuni setiap pori yang ada di tubuh.. sampai nafasku tersedak satu-satu.. dadaku bergemuruh.. menghitamkan pandanganku kearah rasio yang selama ini masih bisa kujadikan penunjuk arah.. memang.. mendadaka semuanya ku kembalikan pada tempat yang tidak tepat..bukan saatnya.. tapi jujur aku tidak bisa menahannya sekalipun sedetik untuk aku bisa berbenah dan menata diri..menyiapkan akal dan pikiran dalam menandai itu bukan jalan yang harus ku genggam..
Aku gamang.. imaji ku tumbuh subur dalam bentuk lain.. mengukur setiap ketahanan ku.. semakin gencar melawan aku semakin lunglai..
Hening sejenak.. aku luka.. membuncahkan sedih…kerapuhanku mengakui bahwa ternyata aku belum siap…
Disimpang jalan sebelum pulang.. adzan magrib berkumandang disudut gang kecil sebelah tempat tinggal ku… mengalun dalam nada-nada kebesaran pencipta.. berlomba-lomba dengan hiruk pikuk simpang lampu merah.. ada penjaja makanan.. teriakan pedagang rokok.. gesekan biola dan petikan gitar musisi jalanan… semuanya padu dalam harmonisasi alam yang beringsut malam.. langkah kaki yang kupercapat karena waktu berbuka yang sudah tiba tidak bisa kuperintah.. aku terhenyak di senja yang menuai duka.. nanar melihat pertunjukkan didepan mata.. SEORANG AYAH MENYUAPI ANAKNYA..
Yah simponi ini yang begitu menguras perasaan.. kesedihan..kerinduan… rekaman adegan yang menghantarku pulang.. kembali dalam suasana rumah.. 6 tahun yang lalu.. ketika itu ayah masih ada… masih terlalu pasti senyum dan tawanya.. tak terkikis sedikitpun.. tersimpan rapi di memori dalam dan luar tubuh ku.. mengelus kepalaku ketika aku sakit karena seharian mandi hujan.. mendekapku erat ketika aku kedinginan.. menghantarku ke tempat yang selalu kuinginkan… tidak ada penolakan.. begitu ketulusannya menjadikan sebentuk rasa aman..
Selang waktu yang panjang.. dalam rentang jalan yang curam… aku terseok-seok melangkah sendiri..menuruni bukit-bukit tinggi yang telah menjadi takdir… pendakian nasib yang begitu menempah kesiapan untuk melakoni setiap adegan kehidupan.. kesimpulan-kesimpulan yang kumaknai satu persatu menghantarku pada masa kini yang masih runyam… sampai kapanpun logika ku mengingatkan.. AYAH TAK AKAN PERNAH DATANG…
Tik..tik..tikk..tik.. berpadu detik waktu dan rintik hujan.. malam ini aku begitu tersudut.. bayangan dan kerinduan sosok yang hilang kembali datang, seperti menghantui..
Disecarik kertas surat ayah yang terakhir kepadaku… tertulis petuah cinta dan logika hidup.. sedih..luka.. memuat kata kunci ketegara…

Petikan surat Ayah:
Natal 2 februari 2002
Kepada ananda
Bambang Saswanda
Di
SMUN 3 PLUS SIPIROK

Nak.. maknailah hidup dengan cara yang kauyakini… pengalaman selalu memberi pelajaran, disetiap kegagalan terdapat peta kesuksesan.. dari setiap kejadian tersimpan hikmak yang bisa kau jadikan ajaran.. dewasa dalam berfikir dan jangan biasakan mengeluh.. keluarlah dari setiap masalah-masalah yang ada.. tapi jangan lari.. hadapi dengan upaya yang bisa dilakukan dengan sungguh-sungguh.. niscaya pasti ada jalan keluar.. selektiflah nak dalam memilih jalan hidup.. yakini sepenuh hati.. jangan lupa tuhan selalu mendengar jika kita taat menyampaikan perasaan kita… maafkan ayah belum bisa mengirim uang sekolah.. sawah kita belum panen nak.. rajin sekolah dan beribadah..

Salam ayah
Mirwansyah

Kembali yah.. masa lalu itu menenggelamkan rasa kekinianku.. mengulur waktu pada satu masa yang indah dulunya.. inilah zona pembatas antara iya dan tidak.. rela atau tidak rela.. namun terlanjur sumbu ini sudah aku sulut.. tinggal menunggu waktu… kapan lagi ini akan datang menggulungku.. tidak akan pernah bisa aku padamkan.. ayah.. sekarang ramadhan ke 6 tanpamu…. Biasa nya ayah duduk di kursi disamping emak.. meja makan kita masih yang lama… menunya agak sedikit berubah… lebih sederhana mungkin… bahasa yang aku gunakan untuk kata tidak cukup.. ayah jangan marah… aku belum bisa berbuat banyak.. emak dirumah pasti rindu sekali dengan ayah.. biarlah emak diam2 memimpikan ayah.. mak begitu setia yah… menjaga rumah kecil kita..
Nisa sudah nikah.. insyaallah suaminya bisa menjadi pemimimpin keluarga.. cucu pertama juga sudah lahir.. namanya abil.. menjadi kebahagian baru setelah ayah pergi..
Widya sudah SMA kelas tiga.. dia pintar yah.. hitungan yang ayah ajarkan dulu masih sering diulangnya.. sekarang dia tumbuh menjadi gadis masnis… setiap aku melihat wajah widya aku pasti ingat ayah.. wajahnya mirip sekali dengan mu yah..
Wanda tidak senakal dulu lagi.. seperti waktu ayah baru meninggalkan semuanya.. dulu wanda begitu nakal yah.. mungkin bentuk kekesalan jiwa anak-anaknya yang merindukan ayah…
yudhit sudah sekarang SMP… masa lalu.. yudith yang tidak begitu mengenal rupa dan wajah ayah.. aku yakin dia sangat rindu memangil sapaan ayah.. terkadang aku hanya bisa diam.. ketika dia asyik bermain dengan teman seusianya… saat pulang sekolah.. dia biasa pulang sendiri.. sedangkan teman yang lain dijemput ayah-ayah mereka.. semoga dek.. kamu bisa menjadi anak yang berbakti… sampai hari ini aku begitu bangga denganmu.. kemandirian ayah ada padamu…

catatatan kecil ini kupersembahkan buat ayah.. insyaallah lebaran nanti aku pulang kerumah.. kami akan ziarah kemakam ayah.. semoga rindu ini menjadi kekuatan.. yang terakhir…
izinkan aku memanggil dengan sapaan ayah
sebab aku begitu rindu
AYAH
AYAHH
AYAHHH
AYHHHHH
AYAHHHHH
AYHHHHHHH
AYAHHHHHHH
AYAHHHHHHHH
AYAHHHHHHHHH
AYAAHHHHHHHHHH
AYAAHHHHHHHHHHHH
AYAAHHHHHHHHHHHHHHH
AYAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH
AYAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH………………………..
……………………………………….............................................................................
…………………………………………..................................................................................
………………………………………………......................................................................................
AKU SANGAT RINDU
IZINKAN AKU MENGEJA NAMAMU

30 komentar:

Anonim mengatakan...

Bilaku Memintasmu akupun meridunya
....................................
Salam kenal tulisan ini kembali mengingatkan saya pada ayah tercita ku sebelas kali Ramadhan telah meninggalkan aku ,melepaskan aku untuk melangkah sendiri
terima kasih selamat berpuasa juga

Anonim mengatakan...

wah, salut banget dengan puisi naratifnya, mas bambang. saya melihat jelas genre kontemporernya di sini. tak hanya sebatas pada diksi yang berusaha utk membebaskan kata2 dari beban makna, tapi juga tipografinya yang menarik. salut banget, mas bambang. saya suka banget dg lirik2nya. salam kreatif!

aloen84 mengatakan...

bagus kk .... ^_^ kul jurusan apa nich
aku juga senang puisi ..
tapi sayang nggak mampu menjabar kan secara ilmiah T_T

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

untuk genthokelir :
trims mas dah berkunjung
salam

untuk mas sawai tuhusetya :
trims mas paresiasinya..
saya hanya mengikuti kata hati
lalu menuliskannya..
semoga bermanfaat
salam kreatif

untuk ainkbanget:
trims apresiasinya..semoga kita bisa terus berkarya

goresan pena mengatakan...

beginilah seharusnya. menulis ialah bentindak jujur dengan hati! "deskripsikan!!"itu yang selalu diingatkan Iwan Piliang.
aku, pembaca merasakan kegelisahanmu, kerinduanmu.

Jenny Oetomo mengatakan...

Kerinduan selalu ada karena ada kenangan manis dan untuk membuat kenangan yang manis tentunya harus berbuat lebih indah, teruskan puisinya Salam

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

untuk Mbak Hezra :
trims apresiasinya mbak
ini telah menjadi spirit tersendiri buat saya
saya tidak hanya ingin membagi kegelisaha.. tapi juga rasa "betapa rasa memiliki akan berarti ketika kita kehilangan

untuk mas jenny:
trims apresiasinya mas..
semoga bermanfaat

Anonim mengatakan...

huhuhuhuuhuhu

T.T

q juga kangen mengeja nama ayah ku nnih

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

untuk qpin
eja aja jika itu bisa membuat qt bisa merasakannya

Anonim mengatakan...

jadi ikut terharu..
semoga Ayah Kang Bambang ini bahagia di alam sana..

Tulisannya bagus Kang, ditunggu postingan berikutnya.
Salam kenal

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

untuk bagjapatria
salam kenal juga
trims apresiasinya...

Djoko Wahjuadi mengatakan...

Bambang, seorang ayah akan tetap ada, walaupun tidak 'disini' saya yakin beliau melihatmu dg bangga dari 'sana' amien, amien, amien.
Puisiku dulu untuk ayahku cuma satu:
"katur romo ing ndalem...putro waras, arto telas..." ha..ha..ha (kalau nggak ngerti artinya...cari orang jawa yg masih bisa bahasa jawa kromo inggil....he..he..he)

Kristina Dian Safitry mengatakan...

sejenak aku berpikir,nak nagaimana lagi membuat keriput wajah ayah semulus kulit pipiku. kenapa kubiarkan tangan tangan ayah gemetar bersama sang waktu. semestinya tak kuizinkan ayah terbakar matahari demi adik adikku.tapi bagaimana aku bisa menahan laju sang mentari,agar ayahku tak lagi bermandi peluh.
aku rindu ayah.

Anonim mengatakan...

tulisannya bagus..saiah jadi terharu dan ikut berkaca-kaca membacanya..sungguh....

Anonim mengatakan...

pusinya menyentuh bgt puisinya
tapi aq berharap kesedihan tidak
selalu membayangimu

percayalah bang's
didunia ini tak ada yang kekeal
satupun tidak..
dan kematian itu hanyala sebuah ilusi mimpi

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

untuk mas djoko wahyuadi
semoga mas.. tapi ternyata kerinduan itu semakin lama semakin memuncak.. dan rasa kehilangan itu makin besar
duh mas saya betul2 gak ngerti.. sekalipun nama saya jawa banget tapi saya bukan orang jawa,,, tapi tak apalah,, nanti saya pelajari dari teman apa artinya.. sekalian nambah wawasan..he..he..

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

untuk mbak kristina dian safitry..
saya takut berandai-andai mbak..tapi jika kesempatan itu datang.. setelah merasa kehilangan..saya akan buat ia selalu tersenyum..

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

untuk kita :
trims apresiasinya
semoga bermanfaat..
salam kenal

Sigma Male mengatakan...

Ayah...

maapkan aku tadi sore ayah, karna aku sempat bete sma ayah...

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

untuk drey..
trims ya apresiasinya
jadi tambahan spirit buat saya
tapi kalau saya tidak salah kematian bukan ilusi mimpi.. tapi adalah suatu yang hal pasti..yang tidak pasti buat kita adalah kapan dia tiba menemui kita

Mama Beruang mengatakan...

i miss my dad, too.
terakhir ketemu 5taun lalu..
terakhir ke pusaranya jg 5taun lalu..
apa aku durhaka ayah?
karna aku menyimpan dendam dan mematri ketidak adilan dalam benakku. ah.. andai ayah tau..
ah.. tak perlu. biar hanya aku dan tuhan yg tau.

Jelir mengatakan...

(Membalas singgahan kamu di laman saya.)

Saya juga tidak ada masalah dengan pandangan kamu. Mungkin, imajinasi tidak perlu di tahan - atau - tidak tertahan lagi. Boleh jelaskan maksud kamu lagi...? Semuanya boleh jadi. Kerana, untuk puisi, tukang tulisnya adalah tuhan.

* Jiwa puisi kamu besar juga ya. akan saya telusuri detail. Salam.

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

untuk ezza
pahami dia
sebab kita akan begitu kehilangan dan butuh dia ketika dia tiada
aku begitu merasakanya
maaf ya

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

untuk dede jadul
sempatkan walaupun sejenak
tapi esensinya lebih kepada doa yang tulus
masih ingatkan tiga pahala orang yang sudah wafat yang tetap dihitung?
sadakah jariyah
ilmu yang bermanfaat
doa anak yang salah...

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

untuk jelir
trims sudah berkunjung
semoga kita bisa berdiskusi
saya masih pemula dan sangat butuh masukan

cahpesisiran mengatakan...

aku terharu sekali membacanya.
iya, ayah adalah sosok tak tergantikan.
kepergiannya mengajarkan kepada kita akan cinta
mengajarkan kita akan kemandirian
mengajarkan kita akan ketulusan
mengajarkan kita akan perjuangan
mengajarkan kita akan keteguhan hati
mengajarkan kita akan ...
ah, aku juga rindu ayah

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

untuk cah pesiran
trima ksih mas apresiasinya..
ayah memupuk rindu yang semakin tumbuh subur

Lia Marpaung mengatakan...

membaca tulisanmu, membuatku semakin sedih mengenang ayahku sendiri yang baru saja pergi meninggalkan kami...seandainya waktu dapat diputar, ingin kembali aku memeluknya dan mengucap kata betapa aku mencintainya sekaligus bangga padanya...

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

untuk lia marpaung
mbak berandai-andai hanya akan menghabiskan waktu..
lakukanlah sesuatu yang bermanfaat
yang mungkin itu bisa membuat dia bangga

VERINARIVE mengatakan...

SALAM KENAL AJA WAT YG PNYA PUISI NI, AQ SALUT & TERHARU BGT, KRN PUISI NI MENGINGAT KAN KU DENGAN aLM. aYAH Q, Q jd rndu dgn beliau