aku yang dikutuk rupamu, menjadi kolam yang tergenang, berkaca di hutanmu, bercermin di rimbamu, seketika kutemukan dua larik penantian, yang satu adalah kebesaran gelisah yang menimbun jalan pulangku, dan kemudian di puntung terakhir kecemasan, mengepul sekumpulan kangen yang kabut : Kurasakan Hujan Sedang menyakitimu.
dan aku tidak sedang menggelar malam pada pelataran tanggal, atas nama rindu yang sedang mencari rupanya : kudengar gerimis sedang membantaimu
3 komentar:
hhmmm...
puitis juga puisinya...
kata-kata yang cukup mendalam....
lagi malarindu ya....
Posting Komentar