10.11.2010

Harus Kubiarkan Sajak ini Menulisku

harus kubiarkan sajak ini menulisku

kemana saja ia suka dan kemanapun ia akan berhenti

kubiarkan

tulislah aku menjadi, hingga keluar kesunyian ini.



penghujan akhir tahun

diatas duka yang sedang ranum

kutuangkan arak dan tuak, membasuh lara disana

menjadiilah sajak hujan basah



izinkan Tuhan aku mabuk

hingga kudapati KAU dalam hilang sadar yang ambang

sebab jua sudah kutunggu berpuluh pinta

tak satupun, tampatMu yang bisa kulamar



harus kubiarkan sajak ini mengayuhku

sampai ombak menenang sampai arus tak urus

usaplah aku menjadi

laut dan pelangi



izinkan Tuhan aku membenciMu

hingga kudapati KAU menjadi sebentuk cinta

sebab jua sudah kupinang berkali datang

tak sekalipun, senyumMu dapat kutawar



harus kubiarkan sajak ini membawaku

sampai jalan kudapati rambu

kejarlah aku kepada

perhentian tanpa upah



izinkan Tuhan aku menuduhMu

hingga kudapati KAU menjadi siapa

hilanglah gamang pupuslah resah

tak sesiapa aku tanpaMu yang Maha





Panyabungan Mandailing Natal, Ramadhan 13/Bambang Saswanda Harahap

Kami Bukan DPO

kepada anak kami
Jikapun kemarau hari ini masih panjang
Hiruplah embun ketika kalian bangun esok pagi
Mungkin disana ada bau dan wajah yang bayang

Kepada istri kami
Sampaikan genggam tangan dan janji beberapa waktu lalu
Kepada bau rumah dan tungku
Kami baik-baik saja, semoga selalu

Kepada kampung halaman
Jangan lagi tanya seberapa perih dan takut kami
Sebab perih sudah ditanam
Sebab takut sudah ditikam

……………………………………………..

Kelam sedang menari di badan bulan
Menanda hidup lebih besar dari sekadar jalan
Kawan, zaman memaksa kita harus berburu
Dimana tubuh siap menjadi peluru

Kepada mereka para pemuka
Mari! Kita serah darah untuk kebenaran
Bertangan kesadaran. Berkepala kepercayaan
Menembus kabut terus di hari buta

Kata-kata adalah senjata
Mimpi-mimpi adalah kemudi
Aku berkata mempersatu jiwa
Mengimpi kendali mencipta abdi

sambil kucingan dengan aparat
Ayo! kita nikmati waktu yang sekarat

Hingga terkejar fajar
Sebelum nanti dalam dada ada gentar


Medan, Ranah Nata 2010
Bambang Saswanda, Mh Poetra