7.31.2008

Janji yang tidak kau tahu


kekuatan itu selalu datang melaluimu
celah sekecil apapun, rongga sesempit apapun
kau masih sempat meneguhkan langkahku yang pernah gontai
demi apa yang pernah ku ucap
untukmu aku tidak akan pernah berhenti
saat memulai
ketika menjalani
lakon apapun
peran apa saja
akan kupentaskan
hingga semuanya tau
akan tidak pernah ada kesia-siaan
dalam jalan hidup yang kutapaki
begitu juga dengan memilihmu
tanpa terkecuali

Basa-basi /Malu-malu



Perkenalkan :
Aku warga negara Indonesia
Tidak sekolah
susah biaya

Bapak ku miskin
aku miskin
anakku miskin
cucuku miskin





Bambang Saswanda
Lupa.....

Hitam Putih dan Tanda Tanya


“Sudahlah nak, gak lulus gak apa-apa,kita orang kaya, besok bapak belikan izajah, paket lengkap super khusus, dari SD sampai Sarjana.”
Sumringah Bapak Gendut berperut buncit, pakai seragam ketat, kepala dinas di kantor Ehem.. jangan bilang-bilang kata mama, nanti bapakmu diborgol.

“Kasihan bangsa ini, makan hati disiksa terus, terseok-seok. merangkak, jatuh, merangkak, jatuh.” kata penyair berpuisi sendu, dipelataran malam, menghadap bulan, lahir dari kerongkongan, menembus usus, merambat kejantung. sampai penyair mati, tetap seperti ini?

puisiku yang untukku

Tolong aku
Siapa saja
Buatkan aku sebuah puisi
bercerita tentang aku
yang tidak lagi bisa berpuisi


medan
dipanegara 36
21 juli 2008
00.38 wib

SAMPAI AKU MATI

kubawa rindu kedermaga ini

sebab hanya disini perhentian

seandainya pun tetap kukayuh

kan lapuk dan karam aku sendiri

sampai matipun aku ingin berlabuh disini

Kubawa rindu ketepian ini

Sebab hanya disini perhentian

Seandainyapun tetap kusebrangi

Kan lelah dan benam aku sendiri

Sampai matipun aku ingin menepi disini

Kubawa rindu berteduh disini

Sebab hanya disini perhentian

Seandainyapun tetap kutempuh

Kan dingin dan beku aku sendiri

Sampai matipun aku ingin tetap disini

{Dipanegara36, 01 Mei 2008...........00.33 Wib}

IZINKAN AKU MENCINTAINYA DENGAN CARAKU

Dari sudut sunyi

Kudekap malam sendiri

Beringsut perlahan menujumu

Hening

Rindu memanggil-manggil

Berbisik

Berdesir

Membatasku

Selamat malam sayang

Dengar perlawananku pada waktu

Tolong

Jangan ikat aku dalam semu yang tak mampu kutafsirkan

Jangan jerat aku dalam bias yang tak bisa kumaknai

Jangan undang takutku dalam penggalan-penggalan masa depan

Dalam potongan-potongan pertanyaan

Mampukah esokku memberinya bahagia?

Biarkan aku meniti hari dengan caraku

Sebab yang kutau

Aku begitu mencintainya

Dengan caraku

Kugenggam

Kekepal

Lalu kuhantamkan ketakutanku

Sampai mati berserak-serak

kujemput mimpi

kutinggalkan malam

kuhadang esok dengan cinta

yang kupelihara bersamanya



{Dipanegara36, 01 Mei 2008........01.19 Wib}

DIUJUNG GANG BUNTU

(Diujung Gang Buntu...............)


Aku dirazia cinta

Ditilang rindu

Aku dikedip cinta

Disuit rindu

Aku dikubur cinta

Ditanam rindu

Aku ditikam cinta

Dikunyah rindu

Aku dipeluk cinta

Dicium rindu

Aku dihujan cinta

Dipanaskan rindu


Diujung gang buntu

Aku betah bersama cinta


Diujung gang buntu

Aku terbiasa bersama rindu

{Dipanegara 36, 1 Mei 2008...00.23 Wib}

SEBELUM MUSIM PANEN TIBA

kusinggahi nafasmu yang tersedak

kutiupkan cinta ke ubun-ubunmu

kutarik-tarik senyummu dalam dekapanku

lalu kuputar asmara dalam perladangan yang tlah kubentang

sampai semua kutanam

sampai semua kusiram

sampai semua kupupuk

sampai semua kusiangi

kutanam ketanah terdalam sampai meliuk liuk ia di hatimu

hingga akarnya menancap dalam nyawamu

kusiram sampai basah kuyup rindu bahkan membadai

sampai tak gersang oleh kering kerontang selama musim

kutabur pupuk dengan melodi alam

mendentumkan irama tawa dan tangis yang membenarkan ketulusan

kusiangi sendiri dengan kebisaan dayaku

hingga tak rimbun oleh kekosongan dan duka

{Dipanegara, 30April2008.......22.10 Wib}

KISAH SEKOTAK CINTA

Aku datang

Dalam puisi....

kubawa kemasan rindu

dalam kotak cinta

aku datang

dalam puisi...........

kupikul dalam hening

kubelai dalam malam

kugenggam erat

kudekap rapat

aku pulang

diantar sampai pagar

aku pamit

aku berlalu

aku pulang

dalam puisi

tersipu malu-malu

lalu girang dan terbang

aku pulang

dalam puisi

tiba-tiba aku rindu

ingin datang lagi

aku datang lagi

dalam puisi

aku pulang lagi

dalam puisi..

Puisi ku pulang pergi

pulang pergi aku berpuisi

Membawa kemasan rindu

Dalam kotak cinta

{Dipanegara, 30April2008..........23.59 Wib}

ISTRIKU ADALAH IBUMU NAK

nak...
ibu mu cantik sekali
tapi tak sekali cantik ibumu
berkali-kali nak cantik ibumu
sekali cantik cantiklah
sekarangpun tetap cantik
cantik sekali nak
nak....
jangan buat ibu menangis
cukuplah bapak
sebab ibumu
sudah bapak tangisi
nak......
kalu tersenyum
ibumu cantik sekali
seperti kali pertama ibu tersenyum untuk mu
setelah itu
ibumu pergi....
ibumu tak terganti
ibumu pergi
ibumu pergi
kembali setelah
bapak dan kamu juga pergi...
ibumu ....
tinggalkan kita nak
setengah jam setelah
kau dilahirkan...
ibumu pergi nak......
usap pusara ibumu
sampaikan salam bapak
sebab bapak
rindu ibumu yang cantik sekali

PUisi Patah-Patah

tiada berwarna
jika kata membabi buta
terseok-seok terpatah-patah
meringkik di sudut-sudut
mengeram di panas
menggantung di badai
sekepal tangan menjamah luka
menyibak-nyibak
menggelapar dalam lingkar berbatas
tak bangkit-bangkit
hanyut puisi ke mana-mana
tak bernahkoda
tak berpendayung
tak berlayar
cuma-cuma
sampai berpisah buritan dan sauh
membatu mendebu dan lusuh
tulis terhenti
sejenak singgah dalam prasasti tua
di genangi lumpur
tak ada penziarah
Jabat tangan
jangan teteskan air mata
angkat kaki saja
biar terlihat punggung-punggung tak berdaya
tak terterima maaf
sebab setapakpun kau tiada melangkah
dari kubur
sutan takdir kecewa

NAYA TELAH PERGI DIK

hampir seluruh air mataku ruah, sekujur tubuhku tiba-tiba kaku, sebagai laki-laki, hari ini aku tak berdaya, aku menyudut kesudut ruangan tempat perempauan yang pernah mengisi hari-hariku terbaring kaku, aku merasa waktu diputar ulang, satu persatu kenangan ku dengan naya melintas dalam episode-episode yang sangat tidak mungkin kulupakan, mulai dari perkenalan aneh di depan laboratorium tempat aku mengasistensi praktikan ku, aku asisten dosen laboratorium kimia dasar, sementara naya saat itu adalah seniorku di laboratorium yang sama, aku mengenal naya melalui sebuah tabung reaksi, aku mengenal naya memalui H2O,melalui CONDUCTIVITY/Ph METER,melalui SODIUM CHLORIDE, seperti itulah aku mengenalnya. naya, perempuan simple yang manaklukkanku, bersama naya emosi ku hilang,kerapuhan ku mengkristal menjadi prasasti keoptimisan, asap rokok yang selalu mengepul dari mulut genitku semakin hari semakin berkurang. yah.. naya, lengkapnya cut naya saski, perempuan berdarah nanggroe aceh darussalam yang selalu tersenyum saat aku marah, senyum yang menyimpulkan setiap keegoisanku, naya... setiap nama itu kusebut ini air mata semakin deras mengalir, semakin tak terbantahkan rasa sedih ini. "aku tak pernah ingin melihatmu seperti ini nay, aku tau kamu begitu tersiksa, aku tau kamu tidak ingin menangis, tapi air yang mengalir disudut matumu adalah bukti perihnya sakit yang menderamu nay, nay... mengapa tidak pernah cerita,..? jawab nay? nay tolong dengar aku"!.
aku tersentak, kuraih arloji yang menggantung diatas meja belajarku, pukul 2 pagi, kusandarkan kepalaku ditas bantal hadiah dari naya, bantal warna hitam pitih, langit-langit kamarku jadi pelarian setiap aku ingin bercerita, 7 tahun sudah naya meninggalkanku, tapi bayangan itu selalu betah merasuk dalam mimpiku, memang tidak mengganggu. tapi mengapa harus dengan itu aku bisa menjumpai naya, mengapa mimpi itu selalu menjelmakan detik-detik terakhir aku melihat naya, detik yang paling berat dalm hidupku, menyaksikan sebagian hatiku yang telah kutinggalkan dalam seluruh raga dan jiwa naya kaku, penyakit radang syaraf otak yang menggerogoti tubuh naya tidak bisa dicegah lagi, doktar sudah pasrah, segala cara pengobatan telah ditempuh. akhirnya naya pergi, diam, sunyi. air mataku kembali jatuh, aku menjadi sangat lemah, waktu 7 tahun ternyata tidak sanggup menyadarkanku, menyadarkan dari dekapan kenanangan indah bersama naya. "naya telah pergi, lihat nisan di pusara itu, disitu ada nama cut naya saski dik", bima selalu mengingatkanku setiap kami ziarah kemakam naya, mungkin jika aku dalam posisi bima, dan bima adalah aku, maka aku akan bosan mengingatkan orang seperti aku. kata-kata bima tida pernah menjadi perhatianku, berlalu seperti berlalunya mimpi-mimpiku yang selalu mengejar naya. Sekarang aku semakin terlunta-terlunta, asaku berkeping dalam sedu sedan yang tak kunjung usai. Bayangan atau kenyataan, aku semakin tak mampu membedakannya lagi, setiap aku berkunjung ke tempat ini, seluruh ingatan ku kembali terapung dalam genangan wajah naya yang semakin tidak bisa aku bantah, tenggelam beberapa saat lalu hadir lagi dalam waktu yang cukup lama. jika bukan untuk keperluan yang sangat penting , aku tak pernah sanggup untuk datang ketempat ini lagi. Kampus ini terlalu angkuh memeras kelemahan ku, kelemahan akan sebuah perasaan yang tak pernah enggan menjamah kehidupanku. aku terus berjalan melewati laboratorium tempat aku dulu menjadi asisten, semasa kuliah, tempat ini seperti rumah keduaku,aku betah berlama-lama didalamnya,senyawa dan reaksi selalu menantangku untuk tidak pulang, banguanan itu tetap sama seperti dulu, tidak ada yang berubah, yang paling mengejutkanku adalah taman kecil didepan pintu laboratorium itu, taman itu kami buat pada semester terakhir perkuliahan kami, sebagai sebuah kenang-kenangan sebelum kami meninggalkan kampus. taman itu ternyata tetap dirawat, kelihatan jelas dari bunga-bunga'y yang segar, bahkan disekeliling taman itu telah dibuat pagar berwarna putih, aku tak pernah membayangkan taman sederhana yang kami buat ternyata tetap terpelihara dan di jaga, aku melangkahkan kaki mendekati taman itu, ada beberepa kuntum bunga mawar, lama aku terpaku melihat mawar mewar yang menyandar ketepi-tepi pagar itu, semabil berjongkok aku memegang kelopak mawar yang masih basa, tanpa aba-aba seluruh ingatan ku kembali berputar pada 7 tahun silam, pagi itu aku baru saja menyirami bunga-bunga yang ada dalam taman, tiba-tiba naya datang sambil membawa beberap pot bunga ditangannya dan langung menepuk pundakku , "Pagi Dik, rajin ya? naya menyapaku dengan seyuman khas miliknya, "gak ah, biasa aja, daripada gak ada kerjaan,"jawabanku sangat dingin, antara senang dan kaget, melihat naya datang tiba-tiba, "Oh..gitu," naya menjawab acuh sambil meletakkan bawannya. "apaan tuh ?" aku menjoba ramah karena ku menyadari kesalahanku yang telah membalas pertanyaan naya dengan jawaban dingin, "bibit bunga mawar, aku ingin menanam mawar ditaman ini, ngomong-ngomong kamu suka mawar gak"? ternyata pertanyaanku tadi berhasil menenangkan suasana, buktinya naya seyuman naya kembali mancair. "suka, aku pernah mengoleksi mawar semasa SMA dulu, mawar banyak memberiku inspirasi, bunga mawar sering aku jadikan pengandaian dalam beberap puisi yang aku tulis, keindahan mawar sudah menguniversal, jika kita menyatakan bunga mawar, pasti orang sudah tau bahwa itu adalah keindahan dan romantisme,tidak hanya sebagai simbol rasa cinta, keindahan mawar memiliki filosofis tersendiri, bunga mawar memiliki keindahan, tapi juga memiliki harga diri, keindahannya tidak mudah untuk dinikmati, duri yang ada dibunga mawar menunjukkan sebuah rasa perlawanan terhadap kekerasan, jangan pernah menyentuh bunga mawar dengan kasar, pasti kita akan terkena durinya, jika kita ingin mencium aromanya kita harus menyentuhdengan lemah lembut, filosofis ini selalu aku pakai dalam menghadapi praktikan ku yang bandel, aku tidak akan pernah memarahinya sebelum aku mengetahui alasan dia berbuat salah, untuk menanyainya aku tidak bersikap seperti seorang asisten lab, tapi aku bersikap seperti teman, dengan kelembutan lambat laun permasalahan tersebut bisa aku atasi. "kamu kok suka mawar nay?,kau berdiri sambil manrik nafas"dik.. pertanyaanmu adalah pertanyaanku juga.. pertanyaan untuk diriku sendiri yang tidak pernah bisa aku jawab, mengapa aku suka mawar?mengapa aku suka malam?mengapa aku suka puisi? aku tidak bisa memberi jawaban logis seperti jawabanmu, mungkin suatu saat kamu akan tau dik"BERSAMBUNG......................

Aku dan kamu yang berpuisi.

aku ingin senja ini tetap seperti ini.tapi kenapa dengan senja-senjamu yang lalu?
senjaku ini begitu meninggikan ku dengan adamu.begitu besar adanya bagimu hingga dirimu tak pernah bertanya apakah adamu begitu besar untuk adanya... ketika hatiku berlabuh dalam tangkah hatimu,aku begitu pasrah dalam ikatan tali yang kau gulungkan di nafas-nafasku. hingga aku tak kan pernah larut untuk meragu padamu.

kalau ku bingung oleh kalaumu

kemana kita nanti
saat setahun menjelang
kalau kau bisa bawa aku
kalau kau bawa aku mendaki

kalaulah saja itu terjadi
kalaulah kita benar-benar mendaki
tapi kalau dan kalau adalah setan
jadi biar saja kalau tetap menjadi kalau
kalaulah kalau ...........
tapi biar saja kalau tetap menjadi kalau
kalaulah puisi ini bukan puisi
maka kalau tak akan pernah terjadi

sajak tak bermakna

andai ku takkan lelah berandai
pun kalau teratai di ujung danau
masih mekar
tak mungkin ku bermungkin-mungkin
sebab nyiur tak berbisik di jamah angin
aku dalam aku yang kataku bersemai rindu
pun itu andai saja sajak ku berarti kelabu
aku lucu
aku tertawa
sajakku tak bermakna apa-apa

Aku Sayang Kamu


Senja yang indah
menuju malam-malam pengharapan
melonjak inginku dalam kepak sayap-sayap cinta
ingin kuterbangkan segala kepenatan
merangkulmu
menggenggam tanganmu
sampai tak membekas lagi sedih di bulir matamu
dalam jenakanya hati
antar kemanjaan mu yang paling kurindu
ada kiasan-kiasan yang selalu ingin kuterjemahkan
dalam bahasa-bahasa ku sendiri

Bingkai Cita


Tak mampu lagi kubatasi kesedihan ini
terlalu tinggi menghimpitku dadaku
sampai nafasku berontak dalam sedu sedan
kapan aku bisa berdiri tegak?
berjalan dalam irama hidup yang seimbang
begitu tinggikah singasana bahagia itu
sampai takkan mampu ku jamah
semakin meninggi harapku
semakin menjauh tawaku
ingin aku sejalan dengan nasib
beriringan saling menyapa
aku memikul harap dan takdir menggiring suka
telah luka berdarah dan bernanah
remuk redam bingkai yang ku susun
untuk gambar cita yang indah kusketsakan

Pesan Jiwa

menerawang kebencian pada selasar angkuh
terbahak sendiri asaku pada yang sebenarnya ku anggap
masa lalu yang sulit kupahami
kemisterian esok memungkiri kehadiranku.
berlarilah raga kata jiwa
disudut waktu
masih ada ruang damai yang menunggu sedihmu pulang
Tinggalkan tempat luka itu
skalipun dulu pernah ada kedamaian
duniamu telah berpindah
jangan jejakkan lagi langkah gontaimu

Episode hidup ........................

Ketika usiaku bertambah, tapi aku bukan tawa yang renyah ketika kesakitan-kesakitan lain menjarahku, aku hampir lupa bermain dengan hidup ku, karena terlalu lama hidup menyita waktukku untuk mempermainkan ku, bahkan aku lupa untuk sedih, kerena tanpa kuingat pun, sedih akan tetap ada, sampai aku menemukan hari, hari yang tidak akan pernah aku tahu kapan akan tiba.hari yang akan selalu aku tunggu, aku harap dan aku impikan, ataukah setelah aku menyandang gelar sarjana mudaku, atau ketika aku telah menjadi menanatu untuk mertuaku, atau ketika aku telah menjadi direktur eksekutif instansi swasta terkenal, sekolah diluar negeri, meraih predikat master dan doctoral, atau ketika anakku lahir, besar, aku didik, lalu anakku menjadi seperti apa yang aku harapkan, sampai dia menjadi lebih besar, lebih tenar, lebih merasakan kesuksesan dari kesuksesan ku, aku takkan pernah tau itu, kata orang hidup adalah proses, tapi aku masih ragu, mengapa proses yang aku jalani berbeda dengan proses orang lain, mengapa proses hidupku harus lebih sulit, sementara orang lain melewati proses ini lebih mudah, lebih tenang, dan lebih untuk semua fasilitas, lebih untuk keberadaan financial, lebih untuk kenyamanan hidup. Semakin aku memikirkan itu, semakin tersendat proses yang aku lewati, toh waktu ternyata terus berputar, waktu terlalu egois, waktu terlalu enggan untuk menunggu kesiapan ku, sampai akau benar-benar siap, siap untuk menapaki hidup yang setapak demi setapak akan kujalani,terus melangkah tapi terus tersendat.

Awalnya perlu kusampaikan, sekalipun aku hanya diam, tapi biarkan ada yang tahu dengan diamnya aku, karena terlalu rapuh ketika aku menceritakan ini, terlalu.. luka yang kurasakan begitu perih. Sampai perihnya aku nikmati dalam diam ku sendiri.. aku mulai berjalan sekalipun kupaksakan untuk berjalan, terus aku melangkah. Dan tiba-tiba.. tanpa sadar, tanpa aku pernah siap, tanpa pernah aku berusaha memikirkannya, sekalipun itu akan hadir bagi setiap manusia yang berkesempatan hidup dimuka bumi ini.

Sebelumnya pernahkah ada malam dibalik malam, adakah suara hati dibalik desakan pilu dalam kelaparan, kebingungan dan katiadaan toleransi, adakah kesakitan dan kesakitan dan kesakitan yang memilukan yang pernah mampir dalam rentang waktu yang menemaniku, sebelumnya mungkin tidak ada, tapi sekarang aku percaya.. ketika aku merasakan kesakitan, kebingungan, ketiadaan, aku percaya. Sekali lagi.., ketika usia menempah ku dalam kurun yang hitam, era yang legam, dan dalam lumuran kesakitan-kesakitan yang datang silih berganti, ternyata aku sedang berada dalam tahapan hidup yang paling menentukan.. yakni tahapan untuk selalu menghargai kehidupan itu sendiri.

Takdir Menghargaiku Dengan Mencintaimu

Ini aku, yang kaku tanpa tarianmu, setidaknya, tidak ada alunan melodi yang mengalun disini, tanpa aku harus memperangkapkan segenap masa lalu, masa kini dan esokku didalam pelukan tidurmu. aku cahaya yang akan semakin redup, jika aku harus menyala sendiri tanpa mu.bahkan aku tidak akan menjadi cahaya, tidak akan menjadi apa-apa,karena layar perahu ku, telah kau selimutkan diantara kisah yang sudah aku pertaruhkan untukmu,bagaimanapun aku tahu, lautan yang menyambangiku bukanlah antara berombak atau tidak,antara badai atau teduh,tapi mampukah rindu kita saling bersahutan, sampai nahkoda yakin karang yang berdiri angkuh didepan buritan kapal kita, adalah karang yang yang akan meluluhlantakkan raga kita, melumat jiwa kita sampai hanya ada air mata yang mengalir deras anpa ampun.
"jangan terus kan egomu sayang, aku coba peduli untukmu, cobalah keluar dari masalahmu, jangan menghindar". ucapan itu mengalir teduh dari ketulusanmu, sambil menunduk , dengan matamu yang sudah memerah, seperti awan hitam yang sebentar lagi akan menghujam bumi dengan badai dan hujan, halilintar yang salaing bersahut-sahutan. aku hanya menunduk diam, hanya ada dua patah kata yang bisa ku ucapkan, setidaknya itu yang membuat mu yakin bahwa aku mendengar seluruh ucapanmu. "aku bingung, terlalu berat apa yang harus kulewati saat ini, masalah datang tanpa mau tahu aku sedang apa, sedang berduka kah? perihkah?".
mungkin seharian kita sudah lelah, beberapa hari terakhir ini adalah hari yang paling buruk dalam perjalanan cinta kita, mulai sore kemarin, emosi kita meledak, kadang aku sadar, aku terlalu berlebihan menuntutmu, untuk selalu mengerti aku, selalu memintamu tersenyum untukku, padahal dihatimu telah berkecamuk beragam permasalahan lain yang tidak aku mengerti sama sekali, aku sadar begitu tajam ego ku megendalikan persaan, padahal cinta bukan milik salah satu perasaan, tapi dua perasaan sekaligus,yang harus kita selaraskan. seperti malam, jika bintang adalah ego, dan bulan adalah perasaan, maka ego harus terlihat kecil, dan perasaanlah yang menerangi malam sepenuhnya, ego tidak akan pernah hilang, tapi ego juga tidak harus mempu membuat cahaya sendiri, jika malam ingin terlihat indah.
permasalahan-permasalahan kecil yang sangat sepele yang sering membuat kita harus salah paham, kadang sangat berlebihan kita menanggapinya. tapi itulah perasaan, aku yakin, perasaan cinta lah yang mendominasi masalah kita, jika tidak ada cinta, mungkin kita tidak akan saling punya masalah, energi cinta yang ada membuat kita sensitif dengan kondisi hati orang yang kita sayangi.
malam ini, setelah seharian kita benam dalam kesalahpahaman, hanyut dalam ego masing-masing. dan mengapung dalam air mata yang hampir kering, kita saling membela diri, saling menyalahkan, seolah-olah kita sudah tidak mengenal perasaan kita lagi, sangat kontras dengan kebahagian-kebahagian kita yang telah terlewati, kita bercanda dengan cinta, saling membisikkan kerinduan, kita menyatu dan larut, seperti cinta cuma kita berdua yang punya. aku tersenyum sendiiri, gila sendiri, sedih sendiri, takut sendiri, aku takut ego yang menonjol dan mempengaruhiku, membuatmu membenciku, membuatmu jenuh dan meninggalkanku, tanpa ampun aku semakin takut, karena aku sangat menyanyangimu, semampuku.
................................................................................................................
memelukmu.. yah memelukmu
memelukmu.. dan memelukmu dan memelukmu
sampai aku yakin
dengan memelukmu aku merasa masih dicintai
pucat pasi harapanku
saat ingin menggenggam tangan mu
begitu aku pasrah dengan ketakutanku
sebab kehilanganmu sama dengan menutup hatiku
maafkam aku
jangan benci aku, aku mohon
kuatkan aku dalam ketidaksempurnaanku
lengkapi aku dengan adamu yang selalu menemani jantungku untuk selalu berdetak
jika hidup ku adalah MENCINTAI
hati ku yakin untuk selalu mengalir kearahMU
TAKDIR telah menghargaiku untuk memilihmu
kamu telah menjelma menjadi episode TERINDAH
UNTUKKU sampai keabadian memanggilku
Mencintamu Takdir Terindah untukku

Untuk Kekasih

sayang
masih ada boneka kucing khan?
masih ada bola kristalkan?
tidak lagi dengan sejuta lantunan melodi sendu
atau dengan berbait-bait puisi luka
karena kisah ini akan kutulis indah dalam nyawaku
sekalipun harus kututup
tapi sesekali aku juga rindu untuk membacanya
untuk mu
aku buat angin
untuk mu lalu akau buat layangan
terbangkanlah sayang
setinggi kau mampu menjangkauku
jang lupa
buatkan aku surat cinta
setidaknya pengkabaran dari masa laluku bersamamu
mungkin aku begitu rindu denganmu ketika akau tau kau merindukanku
selamat malam sayang
untuk beberapa malam-malam sunyi kita
jangan hadiahi akau air mata
tapi bungkus senyummu doa-doa untukku
selamat sayang
aku telah sampai duluan
ketujuanku dan tujuanmu

Senja di Timur

membelukar bias jingga sore di pelipis mata
mnyeruak satu-satu kedalam resah
ada takut yang terbawa perahu layar
ada sakit yang dihempas kegersangan ombak
menepi ketepian
tapi surut lalu pecah menajadi buih
aku benci kesakitan ini
seperti apa ketakutan nanti melihat
aku yang terseok tanpa kemudi
terus membuai
dan membuai
menjauhkan ku pada mimpi yang akan kugadaikan
janjiku terbawa camar putih yang dijilat gelombang
maafku telah tertulis disini
untuk siapa yang pernah menegur keangkuhan ku
cintaku ku kubur disini
dirantai hati yang tak berpenghujung
ceritaku ku tulis disini
bersama setiap denyut di kepala
yang membingkat tawaku dalam keperihan
jika akan usai
segerahlah
sekalipun ketakutan telah menyeruak sendi-sendi piluku
sekalipun ada kesempatan untuk membagi
tak akan ada rela ku
cukup aku
cukup aku
dan cukup aku
karena terlalu sakit
perlahan kutinggal pelabuhan yang telah sepi
dimana dulu aku pernah lama berlalu
bersama cinta dan cinta dan cinta
selamat sore
senja ditimur
kutunggu nahkoda lain berlabuh di malam-malam ku

v2 d7v9 04 p7302 4lcu739

8a54h 2d2 p932522n y2n1 026 89n9n0u d4 h204
5221 4n120 57370 82028u y2n1 6u3252 b93b9d2
j2n12nl2h 093j2d4 y2n1 59l2lu 6u026u062n
b934bu c232 62n 6u098puh
c4n026u 6u 82u 0902p 628u y2n1 j2d4 696254h6u
j2n12n p93n2h b93ub2h
c4n026u 62n 6u j212 d4348u
59p9304 62p25 pu04h d4h4016u 02662n 6ubu20 n7d2
b2y2n162nl2h 57370 82026u b2y2n162n 26u d454548u
masih ada perasaan yang tak menentu dihati
saat ingat sorot matamu yang kurasa berbeda
janganlah terjadi yang selalu kutakutkan
beribu cara kan kutempuh
cintaku ku mau tetap kamu yang jadi kekasihku
jangan pernah berubah
cintaku kan kujaga dirimu seperti kapas putih dihatiku
takkan kubuat noda
bayangkanlah sorot mataku bayangkan aku disisimu

Aku yang dibantai mimpi dimalam sepi

ah.....
biar aku terlontar dari sepi ini
hingga malam tak rela memilihku menjadi mimpi
waktu ku pun kosong membantai rantai sepi
aku berlalu dan berlalu hingga berlalu
hantar aku cinta dalam nafasmu
raih aku sayang dalam dekap mu
sampai hujan dan matahari menyurut
sampai cinta mu tahu aku begitu mencintaimu