4.09.2010

# Permaianan satu (biar ini kutulis sampai kepada entah atau..)

ilalang. taukah kau tentang bayang-bayang jika dirimu adalah luka yang rapat. pucukmu renta menusuk paru-paru belalang. hinggap dan terbang lalu terhuyung dibawah bulan. mati dan semakin mati dan masih mati dan harus mati dan mati.

lalu di sebuah halaman sekolah bahasa tercecer kertas bekas pembungkus martabak. tertulis sajak mati dari seorang penyair yang entah berapa puluh kali kawin dan bercerai, tapi bukan dengan perempuan, ia kandas dalam katanya setelah rujuk dan pisah lalu rujuk lagi. hingga suatu saat ada perdamaian diantara mereka. saat dimana tubuh dengan rambut panjangnya tergeletak ditikungan jalan, menurut bisik tetangga penyair itu menuju kota mencari tuhan kata-kata, ingin menyerahkan selembar ijab kabul. namun naas jalannya patah dan ia berkeping tepat di bawah sebuah roda mobil besar buatan negara tetangga.

mati itukah kata yang diikuti tanda titik. atau hanya koma. setelah melepaskan diri dari siksa, ejaan mati akan melanjutkan perjalanan kedalam kalimat penutup.

kembali ke padang ilalang. menyaksikan angin dan capung bermain-main diantara tali layang-layang.
kata-kata dan kematian akan saling meninggalkan bekas. seperti tarian ilalang, setelah angin berlalu maka hujan berlabuh, meninggalkan bekas basah yang akan mengering lalu menghinggap lalu para capung berpesta pora melepas dahaga, dan.. semuanya akan seperti itu, tiba dan pergi lalu tiba dan pergi lagi hingga tuhan bosan dengan permainan yang itu-itu saja.


medan/18 feb 2010.
01.35 wib.
bambang saswanda harahap

Tidak ada komentar: