berlari sejauh mungkin
di tengah perapian basah
dalam relung jiwa
betah berlama-lama
dengan cara apa aku mendefini rasanya
kau ikat erat
seluruh pori-poriku
galau antah berantah
berkecamuk apa saja
duh.. mati-matian aku di dekapnya
ku hitung jumlah mu
namun gelap
ku tanam kau di ubun-ubun
namun akarnya aku tak tau
tinggalkan aku
tolonglah
sampai esok pagi saja
saat ku terjaga kan ku kejar kau di ujung mana
4 komentar:
Indah sekali puisinya...
untuk Erik
trima kasih mas.
kunjungan nya terus menjadi spirit untuk saya
dan lagilagi rindu itu...
ah..harus dimanakah bertahta?
untuk Fitri :
he,,he,,
tahtahkan saja dimana yang pantas
dan biarkan ia mengalir apa adanya
Posting Komentar