2.21.2011

Semusim Detak

Sehabis Hujan Rumah Kita

Aku tidak memaksamu untuk menggematarkan bibir

sujud kepada angin yang tajam

yang harus kau tahu Kita adalah bagian yang terpasung

dari musim yang tak pernah kita pinta

lekaslah bangkit

banyak di jalanan cahaya matahari yang gratis

untuk kita tanak menunggu kiamat.



Semusim

Aku tak kenal musim semi

sebelum merasa bibirmu yang basah

kaulah yang ajarkan gerak kaku ini menjadi cerita

tentang cinta lembut penuh sambut

: kemudian ketika awan tak serupa warna, jarum meninggalkan pukul angka,

di atas pemakaman, kurayu engkau dengan doa.





Detak

Di dada siapa rindu itu menerjemah

pungutlah, aku ingin mendengar detaknya





(Medan, Oktober 2010/Bambang Saswanda Harahap

Tidak ada komentar: