Sehabis Hujan Rumah Kita
Aku tidak memaksamu untuk menggematarkan bibir
sujud kepada angin yang tajam
yang harus kau tahu Kita adalah bagian yang terpasung
dari musim yang tak pernah kita pinta
lekaslah bangkit
banyak di jalanan cahaya matahari yang gratis
untuk kita tanak menunggu kiamat.
Semusim
Aku tak kenal musim semi
sebelum merasa bibirmu yang basah
kaulah yang ajarkan gerak kaku ini menjadi cerita
tentang cinta lembut penuh sambut
: kemudian ketika awan tak serupa warna, jarum meninggalkan pukul angka,
di atas pemakaman, kurayu engkau dengan doa.
Detak
Di dada siapa rindu itu menerjemah
pungutlah, aku ingin mendengar detaknya
(Medan, Oktober 2010/Bambang Saswanda Harahap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar